Jumat, 22 Maret 2013

al-quran sumber ilmu pengetahuan dan teknologi

                                                      
Bukankah kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak?
                                                                                         (Q.S. An-Nabaa 78:6-7)
Sepanjang sejarah, manusia selalu terpana oleh tinggi dan besarnya gunung. Mereka menganggap gunung adalah tempat suci, tempat bersemayam Tuhan. Orang Jepang mensyakralkan gunung Fuji. Dewa-dewi orang Yunani tinggal di Olympus. Pegunungan Himalaya merupakan tempat dewanya orang India dan Tibet.Gunung Merapi dianggap angker oleh orang Yogyakarta. Gunung Bromo merupakan kahyangan penduduk Tengger. Gunung Agung tempat dewanya orang Bali. Semua mengaitkan gunung pada fungsi mistik supranatural. Hanya Islam yang menempatkan kembali fungsi gunung secara alamiah.
Dalam Al Quran kita temukan kata ‘gunung’ sebanyak 49 kali. Diantaranya, 22 ayat menyebutkan fungsi gunung sebagai pasak atau tiang pancang. Pasak atau paku besar merupakan benda yang menancap ke dalam. Artinya, kepala pasak yang tampak di luar selalu jauh lebih pendek dibanding panjangnya batang yang terhujam.
Ketika agama-agama primitif selama ribuan tahun hanya takjub pada ketinggian gunung, Al Quran mementahkan kekaguman sesat mereka itu. Ternyata bukan hanya tingginya, tetapi kedalaman akar gunung yang menghujam sampai 15 kali lipat dari tinggi yang ada di atas permukaan bumi, itulah yang lebih dahsyat. Al Quran menegaskan bahwa fungsi gunung adalah pasak bumi yang memancang ke bawah tanah dengan kokoh. Itu adalah sebuah konsep tentang gunung yang sangat mutakhir dan baru dikenal.
Baru 20 tahun yang lalu para ahli geofisika menemukan bukti bahwa kerak bumi berubah terus. Ketika itu baru ditemukan teori lempeng tektonik (plate tectonic) yang menyebabkan asumsi bahwa gunung mempunyai akar yang sangat berperan menghentikan gerakan horisontal lithosfer.
“Dan dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi tidak goyang bersama-sama” … (Q.S. An-Nahl 16:15).
Rasulullah saw. bersabda, “Tatkala Allah menciptakan bumi, bumi bergoyang dan menyentak, lalu Allah menenangkannya dengan gunung.” Bagaimana mungkin Nabi saw. yang buta huruf dan hidupnya di abad ke-6 di tengah masyarakat padang pasir, bisa mengetahui tentang gerakan horisontal lithosfer bumi yang berfungsi menstabilkan goncangan? Subhanallah.
Memang, sejak tahun 1620-an, para ilmuwan seperti Francis Bacon dan RPF Placet dari Prancis mengamati kemungkinan bahwa dahulu benua Amerika, Eropa, dan Afrika pernah menyatu. Pada tahun 1858, Antonio Snider mengemukakan konsep Continental Drift, mengambangnya benua-benua. Kemudian menurut ahli geologi Austria, Eduard Suess, semua benua dulunya memang menjadi satu, diberi nama Godwanaland. Sedangkan ilmuwan Jerman, Alfred Wegener menamakannya Pangea.
Namun, teori-teori itu belum mendapatkan pengesahan, sampai tahun 1960-an saat ditemukannya bukti-bukti meyakinkan bahwa benua benar-benar memang bergerak. Kecepatan pergerakan itu 1 cm per tahun di laut Arktik, 6 cm per tahun di khatulistiwa, sampai 9 cm per tahun di jalur pegunungan. Dan itu adalah 1400 tahun setelah Al Quran memberitahukan tentang konsep gunung kepada manusia! Allahu Akbar.
Teori lempeng tektonik menyebutkan bahwa kulit bumi berupa 12 lempeng lithosfer setebal 5 sampai 100 km mengapung di atas substratum plastis (astenosfer), yang tebalnya hampir 3000 km. Lempengan itu bergerak secara horisontal dan saling bertabrakan dari waktu ke waktu dan terlipat ke atas dan ke bawah, melahirkan gunung-gunung.
Misalnya, tabrakan lempeng India dan lempeng Euriasi menghasilkan formasi rantai pegunungan Himalya dengan puncak tertingginya gunung Everest setinggi 8.848 km, terbentuk mulai 45 juta tahun yang lalu. Fase akhir terbentuknya gunung ditandai dengan akar yang jauh menancap ke dalam bumi. Hal ini menyebabkan melambatnya pergerakan lempeng lithosfer.Itulah fungsi gunung, gerakan lithosfer akan lebih cepat dan tabrakan antarlempeng akan lebih drastis dan mungkin membahayakan kehidupan. Wallahu a’lam.
***

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindungselain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (Q,s. Al-Ankabut :41)


Laba-laba adalah binatang yang ada dimana-mana, mulai dari hutan sampai gedung-gedung hunia. Lebih dari 90% bangunan di dunia ada laba-laba di dalamnya, sehingga semua orang mengenal binatang ini. Al Quran telah mengabadikannya menjadi nama sebuah surat, yakni Surat Al Ankabut. Binatang yang disebutkan secara khusus dalam Al Quran, tentunya memiliki sesuatu hal yang istimewa. Namun sayang, orang-orang lebih fokus pada kekurangan laba-laba, salah satunya rumah laba-laba yang dianggap sebagai rumah paling lemah.


Selama ribuan tahun, para ahli tafsir memberikan komentar yang senada, yakni ulasan tentang kelemahan laba-laba tidak mempunyai keistimewaan apa-apa. Sejak musafir abad ke-7, misalnya Abdullah bin Abbas, sampai musafir abad ke-20, Ahmad Mustafa al-Maraghi, sama-sama mengatakan bahwa rumah laba-laba memang lemah karena tidak bisa melindunginya dari panas dan dingin. Rumah laba-laba juga rapuh karena mudah hancur bil diterjang angin atau binatang lain.

Dalam tafsir Al Jami'ul Akhamil Quran karya Imam al-Qurthubi disebutkan sebuah hadis ucapan Yazid bin Maisarah bahwa laba-laba adalah setan, dan bahwa Ali bin Abi Thalib menganggap adanya sarang laba-laba di dalam rumah akan mewariskan kemiskinan maka harus dibuang.

Tafsir Ad-Durul Mantsur karya Jalaluddin as-Sayuti memuat hadis mursal Abu Daud yang berasal dari Yazid bin Martsad tentang sabda Rasulullah Saw. yang menyebutkan bahwa laba-laba adalah setan yang harus dibunuh bila mendapatinya. Lho, bukankah laba-laba yang justru menutupi pintu gua, melindungi Rasulullah Saw. bersama Abu Bakar sewaktu bersembunyi di Gua Tsur ketika hijrah??? Tafsiran tersebut sungguh membuat kita penasaran. Harus ada sesuatu yang penting dari laba-laba.

Dalam jurnal ilmiah science edisi 5 Januari 1996, ilmuwan Jelinski dan koleganya dari Cornell University, Itacha, New York, mengungkapkan sebagian rahasia laba-laba. Dalam penelitiannya di laboratorium, ditemukan bahwa jaring laba-laba yang diproduksi dari tubuh binatang itu sendiri, terbuat dari molekul-molekul berbentuk serat, yang tersusun dari residu asam amino glisin 42%, alanin 25%, dan 33% sisinya glutamin, serin dan triosin. Analisis Resonansi Magnetik Serat terhadap jaring laba-laba yang mengandung 40% alanin menunjukkan suatu struktur yang terorganisir sangat rapi seperti kristal. Jaring laba-laba ternyata tahan air dan memiliki 5 kali lebih besar dari pada baja dengan ukuran sama, dan 2 kali lentur daripada serat nilon.

Menurut Bambang Ariwahjoedi dan Zeily Nurachman, ahli kimia dan teknnik material dari ITB, kekuatan jaring serat laba-laba adalah 1x109N/m2. Ini hampir sama kuatnya dengan serat kevlar, serat polimer sintetis yang dipakai sebagai bahan pembuatan rompi anti peluru. Sedangkan ketangguhannya, 4 kali lebih besar. Penelitian membuktikan bahwa jaring laba-laba sanggup menahan dan menjerat serangga besar, kecil, lalat, belalang sampai burung pipit.

Begitu kuatnya serat jaring laba-laba ini, sehingga dimungkinkan untuk menjadi bahan tekstil anti peluru, penguat material komposit untuk selubung peralatan elektronik, body mobil, dan bahan pesawat terbang. Laba-laba menjadi sumber inspirasi bagi penciptaan material baru yang bersumber dari mahluk hidup, bio materials, seperti protein, polisakarida, dan lain-lain. Dengan berkembangnya ilmu bio-engineering, laba-laba bisa diternakkan menjadi berjuta-juta ekor, diberi makan larutan zat tertentu untuk secara massal "dipekerjakan" memproduksi serat yang sangat kuat bagikeperluan industri. Teknologi gen-cloning bisa digunakan untuk membuat bakteri yang dapat dikerahkan memproduksiserat laba-laba secara in vitro dalam tabung kimia. Para arsitek dari Jerman sudah mengembangkan konstruksi bentangan lebar yang sangat kuat tapi tipis yang diilhami dari jaring laba-laba.

Jadi, jaring laba-laba sama sekali tidak lemah dan bukan tidak berguna. Lantas mengapa ayat Al Quran menyebutkan lemah? Firman Allah tidak keliru. Tafsirnya yang harus lebih disempurnakan. Perhatikan ayat diatas baik-baik. Ternyata yang disebutkan lemah adalah rumahnya laba-laba. Bukan jaringnya. Laba-laba adalah karnivora, yang membuat jaring jebakan dan bersarang dibalik daun-daunan, di sudut tembok, di balik lemari. Di sana mereka menunggu mangsa yang terperangkap di jaring yang amat kuat itu, baru mendekat untuk membunuh dan menyeretnya untuk dimakan. Rumah (sarang) tempat diam dan bertelur laba-laba inilah yang sangat lemas, jenis kelemahannya belum terungkap, jadi harus diteliti ilmuwan Muslim, setelah kekuatan jaring laba-laba ditemukan oleh ilmuwan non-Muslim. Dengan begitu Al Quran kita tempatkan pada fungsinya yang mulia, sebagai pedoman di segala sektor kehidupan, termasuk isyarat di bidang penelitian sains dan teknologi. Bukan hanya berisi anjuran beramai-ramai membunuh laba-laba.wallahu a’lam.
 ***

~Alam semesta berbentuk terompet ~
                         {  وَنُفِخَ فِي الصُّورِ ۚ ذَٰلِكَ يَوْمُ الْوَعِيدِ   {٢٠                              
                                                          dan kami tiup didalam terompet,itulah hari yang dijanjikan.
                                                                                                                         (Q.S.Qaaf [50]: 20)
Selain dalam surat Qaaf (50) ayat 20 diatas, ayat tentang tiupan terompet banyak terdapat dalam Al-Quran. misalnya dalam Az-Zumar (39) ayat 68, ‘Dan kami tiup di dalam terompet maka matilah siapa  pun yang dilangit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian Kami tiup di dalamnya lagi maka jadilah mereka bangun dan melihat’ Lalu surat AL-Kahfi (18) ayat 99, ‘Dan Kami tiup di dalam terompet, maka mereka pun dikumpulkan seluruhnya.’ atau Surat Yaasiin (36) ayat 51. ‘Dan Kami tiup di dalam terompet maka jadilah mereka bangun dari kubur menuju Tuhan mereka.’
Dalam sebuah kitab tafsir, tiupan terompet di ayat-ayat tadi selalu diartikan sebagai peristiwa di hari kiamat. Dr.Wahbah az-Zuhaily dalam tafsir Al Wasith menguraikan bahwa tiupan terompet  di hari kiamat itu tiga kali. Pertama, tiupan yang menggentarkan, lalu kedua yang mematikan seketika seluruh mahluk. Tiupan ketigatanda dimulainya hari kiamat, di mana semua dibangkitkan dan dikumpulkan.
Ada hadis yang menarik, Abu Hurairah r.a menyebutkan bahwa as-shuur, terompet , dalam ayat tadi berbentuk tanduk besar, yang di tiup tiga kali di hari kiamat. Kemudian dalam kitab Al Mufradat karya Raghib al-Ishafany, as-shuur bisa juga berarti gambar atau mantra. Kalau kita cermati, Al-Quran menyebutkan bahwa tiupan selalu di ‘didalam terompet’, wanufikha fi-shshuuri. Mengapa terompet dan mengapa di dalam?
Frank Steiner, ilmuwan University  of Ulm, Germany, mengamati pola titik-titik panas dan dingin radiasi microwave  kosmik, yang bisa menggambarkan bentuk alam semesta 380.000 tahun setelah Big-bang. Projek Wilkinson Microwave Anisotrophy Probe dari NASA membuat peta titik-titik tadi secara mendetail pada 2003. Hasilnya ialah pola itu cenderung memudar, yakni tidak ada titik panas dan dingin yang tampak melebihi jarak rentang 60 derajat. Ini menyimpulkan bahwa ketika mengembang, alam semesta ini terulur panjang. Sempit di awal dan kemudian makin lebar seperti corong. Mirip bentuk terompet abad pertengahan. Subhaanallah, selama ini bentuk alam semsesta dianggap seperti bola yang mengembang ke segala arah.
Akhirnya, Frank Steiner dan kelompoknya yakin bahwa alam semesta bukanlah berbentuk bola, tetapi berbentuk terompet. Alam semesta bukan meluas tak terbatas tetapi dibatasi oleh ujung terompet. Jadi alam ada awal dan akhirnya. Allahuakbar. Hanya Allah yang tidak berawal dan tidak berakhir. Huwal awwalu wal akhiru. Ketika seseorang menjelajah terus ke ujung alam, yakni bibir terompet, dia akan membalik ke sisi seberang dan kembali lagi ke awal. Barangkali itu makna firman tentang hari kiamat, Kami tiup di dalam terompet, yakni kelak di tiupkan getaran dahsyat yang mematikan di dalam alam semesta yang bentuknya terompet tadi. Maka matilah semuanya. Lalu di dalam terompet tadi ditiupkan getaran yang menghidupkan lagi.Wallahu’alam.
1343200953214465813513432009931220281625
***


^^Air tawar di laut asin^^
”Dan Dia yang menjadikan dua laut, yang satu asin dan pahit rasanya, dan yang lain tawar manis rasanya. Dan dijadikan-Nya dinding pemisah antara keduanya.” (Q.S. Al Furqan 25: 53)

Bila kita naik mobil dari Bandara King Abdul Aziz menuju pusat kota Jeddah, Saudi Arabia. Kira-kira di setengah perjalanan di sebelah kanan tepi Laut Merah akan tampak pipa-pipa menjulang tinggi mengeluarkan asap. Itu merupakan pabrik instalasi penyullingan air laut untuk memasok kebutuhan air tawar sejumlah 38.000 m3 per hari bagi penduduk kota Jeddah.
Dalam Arab News, 11 Juli 2004, ada ulasan tentang instalasi penyulingan air laut tadi. Para insinyur khawatir kalau terjadi sabotase atau serangan teroris terhadap instalasi ini berarti bencana kehausan bagi kota Jeddah. Seorang wanita ahli teknik bernama Dr. Amal al-Iraqi di Sauri Arabia, yang menjabat direktur perusahaan Nafia Water, mengusulkan alternatif yang sesuai dengan isyarat dalam Al Quran Surat Al Furqan (25) ayat 53, yakni mengambilair dari sumber mata air tawar di dasar laut.
Dalam penelitian bersama para ahli Perancis dari Nymphaea Water, di sepanjang dasar Laut Merah yang asin terdapat beribu-ribu titik sumber mata air tawar. Sumber-sumber air tawar ini mengeluarkan air terus-menerus dan tidak bercampur dengan air laut di sekitarnya yang asin, seolah-olah ada dinding selubung yang membatasinya. Tepat seperti yang disebutkan dalam Al Quran. Nabi Muhammad saw. Tidak pernah menyelam di Laut Merah. Bagaimana beliau bisa tahu? Hal tak terbantahkan ini merupakan bukti mukjizat Al Quran. Masikah manusia mengingkari???

”Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang masih kamu dustakan?” (Q.S. Ar-Rahman 55: 13)

Pada zaman purbakala, mata air tawar ini berada di daratan. Karena gerakan geologis, daratan tadi terbenam, atau sebaliknya permukaan air laut yang naik, kini daratan tadi berada di dasar laut. Tetapi tenggelamnya tidak menghentikan pancaran mata air itu. Mereka tetap mengalirkan air tawar dengan tingkat seasinan (salinitas) kurang dari 1,4 gram per liter dan temperaturnya 17oC. Debitnya dimusim panas 80 liter per detik dan di musim lain 120-150 liter per detik. Dengan teknologi khusus, air tadi tinggal dialirkan melalui pipa untuk memenuhi kebutuhan kota-kota di sepanjang pantai Laut Merah, atau bisa juga dikemas dalam botol. Teknologinya sederhana, tidak merusak ekosistem, dan biayanya seperempat biaya instalasi penyulingan air laut model sekarang. Juga lebih aman karena sangat sulit dijadikan sasaran bom. Pierre Becker dan Thierry Carlin, penemu sistem teknologi tadi, pertama kali melakukan uji coba di coba di mata air dasar laut di perbatasan Perancis-Italia. Menurut mereka, sumber-sumber mata air tawar terdapat di seluruh dasar laut di dunia.
Menurut Edgren (1993), 50%-70% penduduk dunia ,atau 5,3 miliar manusia bertempat tinggal di kawasan pesisir. Sedangkan menurut Cicin Sain dan Knecht (1998), dua per tiga kota besat di dunia berada di pesisir. Dengan pertambahan penduduk dan industri yang pesat, sumber air tawar daratan akan segera terkuras habis. Tetapi Al Quran mengisyaratkan bahwa manusia bisa menggali sumber mata air dasar laut untuk mengatasinya

***

Dikutip seluruhnya dari Buku “Mukjizat Sains dalam Al-Qur’an”,  karya IR.H. BAmbang Pranggono, MBA.,IAI (penerbit IDe Islami, Bandung).

1 komentar:

  1. Oke sama sama......klow ilmu semakin dibagi bagi semakin mantabb isinya..

    BalasHapus